Minggu, 29 Desember 2019

Resensi Novel Berjudul "GADIS PANTAI" Karya Pramoedya Ananta Toer


GADIS DESA
Karya : Pramoedya Ananta Toer



Judul                     : Gadis Pantai
Pengarang             : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                : Lentera Dipantara
Jenis                      : Novel fiksi
Sastra Angkatan  : 1970  an (pertama kali terbit)
Tahun terbit         : September 2011 (cetakan ke-7)
Jumlah halaman  : 272 halaman

Resensi                :
Sebuah karya berjudul Gadis Pantai karya Pramodya Ananta Toer ini menceritakan tentang seorang gadis belia yang berasal dari kampung nelayan di pesisir Utara Jawa Tengah, Kabupaten Rembang. Gadis belia berusia empat belas tahun itu cukup manis, dengan kulit langsat, mata agak sipit dan tubuh mungil, gadis itu menjadi bunga kampung nelayan sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang.

Suatu hari seorang utusan pembesar dari kota Jawa Tengah datang ke kampung gadis pantai untuk menyampaikan pesan bahwa Bendoronya ingin menjadikan gadis pantai sebagai istrinya. Dinikahkanlah gadis pantai dengan sebilah keris, dan keesokkan harinya dengan ditemani bapak dan emaknya beserta kepala kampung dan beberapa warga, gadis pantai itu diantar ke kota menuju tempat persinggahan pembesar yang menjadikannya istri.Sebutan bendoro putri telah melekat pada sosok gadis pantai. Kini derajat gadis pantai lebih tinggi dibadingkan dengan warga di kampungnya. Sebuah dokar yang sudah disiapkan oleh bendoro untuk menjemput gadis pantai tersebut berhenti tepat didepan gedung bertingkat berdinding batu.

Ditinggalkannya segala kegiatan dan aktivitasnya di kampung nelayan, dilupakannya segala suasana kampung nelayan. Menumbuk udang kering, menjahit layar dan jala, lari larian di pasir pantai, bergurau bersama teman temannya, semua itu tidak dapat ia lakukan lagi. Kini ia harus tinggal di dalam gedung besar bertingkat berdinding batu itu. Membantu mengurus dan memerintah di kompleks keresidenan, paviliun, kandang kandang dan bahkan sebuah masjid. Segala keperluan dan kebutuhannya hanya tinggal memerintah saja. Gadis pantai dilayani oleh banyak bujang. Namun hanya ada satu seorang perempuan tua yang menjadi pelayan setia dan terdekatnya. Pelayan yang selalu membantunya, selalu mengajarinya kehidupan di dalam gedung itu, dan yang mengajarinya pula bagaimana cara melayani dan bersikap kepada bendoro.

Lewat pelayan tua itulah gadis pantai sadar, bahwa ia diambil pembesar ke kota bukan sebagai istrinya. Melainkan, Ia diambil oleh seorang pembesar untuk menjadi gundik pembesar itu dan menjadi seorang Mas Nganten (perempuan pemuas kebutuhan seks pembesar / istri percobaan priyayi). Walaupun menjadi perempuan utama di gedung itu, gadis pantai harus tetap tunduk dan menaati segala perintah bendoro (suaminya sendiri). Bahkan segala kegiatan dan aktivitasnya harus melalui izin bendoro terlebih dahulu. Gadis itu bagaikan berada dalam penjara. Bendoro pun sering meninggalkannya beberapa hari, hingga tujuh haripun pernah. Namun, ia kembali sadar bahwa ia hanyalah seorang Mas Nganten, ia bukan istri bendoro yang sesungguhnya. Kamar mereka berdua pun terpisah, bendoro akan tidur di kamar gadis pantai itu ketika bendoro sedang menginginkannya.

Suatu ketika Gadis Pantai kehilangan uang untuk belanja persiadaan makanan yang diberikan oleh bendoro. Saat itu gadis pantai sangat kebingungan karena takut bedoro murka terhadapnya. Namun ia sangat yakin bahwa tidak ada yang masuk di kamarnya kecuali dirinya, pelayan tua dan para agus (pemuda pemuda yang belajar di gedung itu) yang tadi membersihkan kamar gadis pantai. Gadis pantai sangat percaya pada pelayan tua yang sudah setia melayaninya selama dua tahun ia berada di gedung itu. Akhirnya ia bersama pelayan tua itu menemui para agus dan menanyainya. Namun, karena mereka tidak ada yang mengaku akhirnya gadis pantai dan pelayan tua menghadap pada bendoro. Setelah kejadian itupun pelayan tua diusir dari gedung itu karena sudah lancang menuduh para agus. Tinggallah gadis pantai sendirian tanpa ada pelayan setianya.

Hari demi hari ia jalani sendiri tanpa bantuan pelayan tua, dan tibalah seorang bujang baru bernama mardina -utusan bupati demak- , dia seorang anak jurutulis dari kota yg diutus bupati demak untuk melayani gadis pantai, mardinah sendiri masih termasuk kedalam kerabat bendoro (suami gadis pantai). Namun, kedatangannya bukan sekedar melayani gadis pantai saja, ia sangat berani dan selalu menantang gadis pantai. Lewat mardinah gadis pantai tau bahwa bendoro demak ingin menikahkan bendoro (suami gadis pantai) dengan perempuan bangsawan yang sederajat dengannya. Karena seorang pembesar dianggap masih perjaka apabila belum menikah dengan sesama bangsawannya, walaupun sudah berulang kali menikah dengan gadis kampung.

Kegelisahan mulai muncul pada diri gadis pantai. Tiga tahun sudah gadis pantai berada dalam gedung bertingkat itu dan ia mulai mengandung putra dari bendoro. Sembilan bulan gadis pantai mengandung dengan diliputi rasa kerinduan dan kekosongan karena tidak ditemani oleh bendoro. Janin yang dikandungnya pun dilahirkan dengan bantuan dukun bayi yang paling ahli di kota itu. Seorang bayi perempuan mungil kini ada dalam pangkuannya, namun setelah seminggu kelahirannya bendoro tak kunjung melihatnya. Gadis pantai sangat gelisah, kepada siapa bayi itu akan diserahkan kalau tidak pada bapaknya sendiri.

Tiga bulan setelah kelahiran putrinya, akhirnya bapak gadis pantai datang menemuinya ke gedung itu. Bapaknya memang sengaja diutus oleh bendoro untuk menjemput gadis pantai pulang kembali ke kampung nelayan. Ada hal yang paling menyakitkan selain gadis pantai diceraikan oleh bendoro, yaitu gadis pantai harus meninggalkan gedung itu dan tidak boleh lagi menginjakkan kaki di kota tempat bendoro tinggal dengan tidak membawa anakknya sendiri. Ia harus kembali pada kampung nelayannya dan meninggalkan anaknnya pada gedung berdinding batu itu.Hal yang sangat menyakitkan bagi gadis pantai ketika meninggalkan anaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa apa, mengingat ia adalah hanya seorang sahaya dan rakyat kampung.

Hidup kembali pada kampung yang melahirkannya adalah impiannya saat ia di kota. Namun, rasa malunya jauh lebih besar daripada rasa kerinduan pada kampung halaman. Akhirnya, ia izin kepada bapaknya untuk meninggalkan kota dan kampung nelayannya untuk tinggal di kota kecil Blora dan berusaha mencari pelayan tua yang dulu setia dengannya untuk tinggal bersama.

.....


Biografi Singkat Pramoedya Ananta Toer


Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah, tanggal 6 Februari 1925. Ayahnya adalah seorang guru yang mula-mula bertugas di HIS di kota Rembang, kemudian menjadi kepala guru di sekolah swasta di Boedi Oetomo sampai menjadi kepala sekolah tersebut. Ibunya anak seorang penghulu di Rembang. Pada tahun 1950 ia menikah dengan wanita yang sering datang ke penjara ketika ia di penjara. Pramoedya Ananta Toer menamatkan pendidikan di sekolah rendah (sekolah dasar) Institut Boedi Oetomo di Blora. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan selama 1,5 tahun ke Sekolah Teknik Radio Surabaya (Radio Volkschool Surabaya) di Surabaya (1940—1941). Pada tahun 1942 Pramoedya pergi ke Jakarta. Ia bekerja di kantor Berita Jepang Domei sebagai juru ketik. Sambil bekerja, ia mengikuti pendidikan di Taman Siswa (1942—1943) dan mengikuti kursus di Sekolah Stenografi (1944—1945). Selanjutnya, ia kuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) dalam mata kuliah filsafat, sosiologi, dan sejarah. Pada tahun 1945 ia keluar dari tempa kerjanya, yaitu Kantor Berita Jepang Domei dan pergi menjelajahi Pulau Jawa. Pada tahun 1946 Pramoedya menjadi anggota Resimen 6 Devisi dengan pangkat letnan dua Tentara Keamanan Rakyat yang ditempatkan di Cikampek. Ia kembali ke Jakarta tahun 1947. Tanggal 22 Juli 1947 ia ditangkap marinir Belanda karena menyimpan dokumen gerakan bawah tanah menentang Belanda. Kemudian, ia ditahan di penjara pemerintah Belanda di Pulau Edam dan di di Bukit Duri, Jakarta, sampai tahun 1949. Pada tahun 1950—1951 ia bekerja di Balai Pustaka sebagai redaktur. Pada tahun 1952 Pramoedya mendirikan dan memimpin Literary dan Fitures Agency Duta sampai tahun 1954. Tahun 1953 ia pergi ke Belanda sebagai tamu Sticusa (Yayasan Belanda Kerja Sama Kebudayaan). Tahun 1956 ia berkunjung ke Peking, Tiongkok, untuk menghadiri peringatan hari kematian Lu Sun. Pada tahun 1958 Pramoedya Ananta Toer anggota Pimpinan Pusat Lembaga Kesenian Jakrta (Lekra) yang berada di bawah Partai Komunis Indonesia (PKI). Keterlibatnnya dengan Lekra menjadikannya harus berhadapan dengan seniman yang tidak sealiran, terutama yang menentang PKI, seperti dalam penandatanganan Manifestasi Kebudayaan. Pada tahun 1962 ia menjabat redaktur Lentera. Selain itu, ia juga menjadi dosen di Fakultas Sastra, Universitas Res Publika, Jakarta, sebagai dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai. Pada masa kejatuhan Partai Komunis Indonesia, Pramoedya dibuang ke Pulau Buru karena dianggap terlibat PKI yang saat itu PKI hendak menggulingkan pemerintah Republik Indonesia tanggal 30 September 1960. Ketika terjadi penangkapan terhadapnya, ia mendapatkan penyiksaan. Setelah itu, ia dipenjara di Tangerang, Salemba, Cilacap, dan selama sepuluh tahun hidup di pengasingan Pulau Buru. Karyanya yang ditulis selama dalam pengasingan itu pada umumnya dilarang diedarkan oleh Kejaksaan Agung. Setelah rezim Orde Baru jatuh, (1998), Pramoedya Ananta Toer dibebaskan dari pengasingan di Pulau Buru.


Kamis, 26 Desember 2019

Resensi Kumpulan Cerpen Prolet, Karya : Mim Yudiarto


KUMPULAN CERPEN PEROLET
Karya : Mim Yudiarto


Judul Buku           :  Kumpulan Cerpen Prolet
Pengarang            :  Mim Yudiarto
Tebal Halaman     :  104 + 8 halaman romawi
Penerbit                :  IPB Press
Cetakan                :  2017
Harga buku          : Rp. 65.000

 Melihatlah selalu ke bawah, di atas hanya ada langit!, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kumpulan cerpen “Prolet”.

- Kumpulan Cerita Pendek  Prolet, hal 24.
Di bagian ini menceritakan tentang bumi sedang berbalik. Perputarannya memusingkan kepala Prolet.  Dia merasa hidup di angkasa luar.  Asing dan terasing . Itu perasaan Prolet waktu dia memasukki kantor tempatnya bekerja setelah bebas di terimanya.  Dua bulan lebih dia tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Tugasnya hari ini sederhana saja.  Seperti biasa.  Bersih --bersih kantor dan mentransfer gallon-galon air, membeli makan siang untuk para bos dan Tuan puteri.  Prolet sangat bersemangat ketika tuan puteri meminta dibelikan gado gado yang sangat disukainya.   Mengingatkan Prolet saat dia disapa cinta.

- Dari penggalan cerita pada cerpen " Melihat ke bawah, Di atas hanya ada langit. Hal 21
“ Akhirnya kamu datang juga nak. Terima kasih Gusti….” Prolet tidak mampu berkata kata.  Semua suara tersangkut di tenggorokan.  Sedikit saja dia bersuara, pastilah sedu sedan  yang akan mengudara.  Prolet membantu si mboknya duduk.  Masih memegang tangannya yang menghangat dengan cepat.  Tangan keriput yang puluhan tahun menjaganya tetap hidup dalam limpahan kasih ibu.

- Penggalan cerita pada cerpen Prolet ‘ Surga ada di bakiak si mbok”.  Hal 75
Kumpulan Cerita Prolet merupakan buku fiksi  kumpulan cerita pendek pertama  karya Mim Yudiarto.  Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2017.  Buku ini terdiri dari 24 cerita pendek tentang perjalanan batin seorang anak muda berusia sekitar 20 tahunan yang dapat menangkap dengan cerdas fenomena sosial  yang terjadi di sekitarnya  dan dicatat di lembaran buku kecil.
Tidak seperti buku kumpulan cerpen  pada umumnya maka Cerita Prolet ini menawarkan kita tentang kisah biasa yang terjadi sehari hari tetapi karena kejelian penulisnya dalam meramu merangkai kalimat maka kisah biasa ini menjadi tidak biasa.  Menjadi unik karena mengajarkan filosofi kehidupan dengan bahasa sederhana tanpa kesan menggurui  atau kalau menurut bahasa penulisnya yang juga penulis puisi adalah bahasa sederhana dengan kalimat semenjana untuk kisah kisah sehari hari  yang menyentuh hati.

Cerita Prolet sangat lengkap .  Mulai dari kisah asmara malu malu antara Prolet dan tuan puteri bosnya.  Hubungan dengan teman sejawat yang aneh & licik  seperti  sahwat.  Cinta luhur ibu terhadap anak semata wayangnya.  Kekagetan sosial ketika Prolet pertama kali naik pesawat.  Keheranan dan takjubnya Prolet akan  system peradilan di Indonesia negeri yang dicintanya .

Empati pada anak jalanan yang kurang beruntung .  Ketakutan pada  dampak negative virus computer  'wanna cry' ,  serta kekhawatiran Prolet akan nasib anak anak muda bangsa yang mati sia sia dalam tawuran antar pelajar.   Semuanya lengkap ada rasa bahagia tertawa terbahak bahak, rasa ingin menangis, terharu, bangga , penyesalan.  Semua rasa lengkap tersaji  dalam kumpulan cerita pendek ini  selengkap nasi goreng ibu atau istri tercinta  untuk sarapan kita di pagi hari.

Buku ini dikemas dengan apik dengan tata bahasa yang baik dan minim kesalahan.  Penulisnya sangat jeli dalam menulis sehingga anda tidak akan terganggu dengan kesalahan tanda baca atau hilangnya huruf dari suatu kalimat.

Kesimpulannya  buku  Kumpulan cerita pendek Prolet ini sangat direkomendasikan untuk dibaca dengan rentang usia yang sangat panjang dari anak anak hingga dewasa.  Buku ini  seru juga untuk dibacakan bagi murid murid di sekolah. Kumpulan Cerita dalam perjalanan batin Prolet sarat dengan pengalaman hidup yang dapat dicontoh, kebaikan yang dapat ditiru serta kejahatan yang dapat kita hindari.

Buku ini menanamkan pendidikan karakter lewat pengalaman hati seorang pemuda  dengan nama Prolet .  Tambahan catatan tebal,  Prolet menasehati  tanpa menggurui, mengajak kebaikan tanpa memaksa  sehingga kita tidak akan bosan membacanya serta bersiaplah  mendapatkan kejutan di akhir cerita.

“ Akhirnya kamu datang juga nak. Terima kasih Gusti….” Prolet tidak mampu berkata kata.  Semua suara tersangkut di tenggorokan.  Sedikit saja dia bersuara, pastilah sedu sedan  yang akan mengudara.  Prolet membantu si mboknya duduk.  Masih memegang tangannya yang menghangat dengan cepat.  Tangan keriput yang puluhan tahun menjaganya tetap hidup dalam limpahan kasih ibu.


Resensi Novel MATAHARI, karya : Tere Liye


MATAHARI
Karya : Tere Liye


Judul             : Matahari
penulis          : Tere Liye
penerbit         : Gramedia
tebal buku    : 400 hlm
kota terbit     : Jakarta
tahun terbit   : 2016
harga             : Rp. 88.000

Novel “Matahari” merupakan buku ketiga dari serial “Bumi”. Di dalam buku novel ini diceritakan kembali petualangan Raib dengan kedua sahabatnya yaitu Seli dan Ali. Jika di novel sebelumnya yaitu novel Bulan, mereka melakukan perjalanan di Klan Matahari, maka di novel ini mereka melakukan petualangan di Klan Bintang, sebuah klan yang hanya dianggap sebuah legenda karena nyaris tak satupun orang mengetahui dimana letak klan ini berada.

Dikarenakan keingintahuaan Ali tentang klan ini, dia mempelajari banyak hal dari tabung pertah yang diberikan oleh Av (Novel Bulan) yang berisi soft copy seluruh perpustakaan Klan Bulan. Tabung perak tersebut semacam hardisk berkapasitas berjuta-juta giga yang isinya bisa diproyeksikan dalam bentuk hologram 3 dimensi.

Setelah belajar dari situ, akhirnya Ali menciptakan kapsul perak yang dia beri nama ILY (Novel Bulan) untuk mengingat teman berpetualang mereka saat di Klan Matahari. ILY memiliki kekuatan gabungan antara Klan Bulan dan Klan Matahari. Dia dapat menghilang dan mengeluarkan petir. ILY memiliki kemampuan dapat menembus lapisan tanah bagian tanah hingga beribu-ribu kilometer.

Dari mempelajari buku-buku itu, Ali berhasil menemukan keberadaan dari Klan Bintang dan ia sangat antusias untuk mengunjungi Klan tersebut. Sebenarnya Ali, Raib dan Seli bisa saja pergi ke sana menggunakan buku matematika miliki Raib seperti pada petulangan-petualngan sebelumnya. Namun, Raib sudah berjanji kepada Av dan Miss Selena untuk tidak menggunakannya tanpa seijin mereka. Akhirnya dengan mengendarai kapsul perak yang dibuat oleh Ali yang diberi nama ILY, petulangan ke Klan Bintang dimulai.

Mereka mulai berpetualang melewati lorong-lorong kuno dan mulai mencari tahu di mana orang-orang Klan Bintang berada. Perjalanan mereka melalui lorong ini tidak selancar yang dikira. Mereka harus menghadapi banyak ular yang berukuran besar. Dengan kekuatan masing-masing, mereka saling bekerja sama menaklukkan ular-ular tersebut.

Tidak hanya sampai disitu saja. Setelah menghadapi ular, mereka juga harus menghapi kelelawar raksasa dengan jumlah yang banyak saat mereka memasuki lorong yang penuh dengan kristal. Kristal-kristal pada lorong ini perlu dihancurkan supaya dapat melanjutkan perjalan mereka untuk mencari tempat Klan Bintang berada. Saat mereka menghancurkan kristal-kristal, mereka diselamatkan dan ditangkap oleh orang-orang dari Klan Bintang.

Setelah itu mereka dibawa ke Lembah Hijau yang merupakan salah satu tempat orang-orang Klan Bintang tinggal. Lembah ini dipimpin oleh oleh seorang wanita yang sudah sangat tua bernama Faar.
Mereka bertiga hidup sangat tenang dan dapat menikmati berbagai teknologi canggih di sini. Suatu ketika mereka dihidangkan makanan berupa bubur namun rasa yang didapat dapat berubah sesuai keinginan dari yang memakannya walaupun bentuknya tetap sama saja. Tidak hanya makanan, mereka juga mengenakan pakaian canggih yang dapat berbuah sesuai keinginan pemakainya.

Kehidupan mereka yang tenang menjadi terusik oleh penguasa dan aparat Klan Bintang yang berada di ibu kota. Penguasa dan aparat Klan Bintang tersebut tidak menginginkan ada orang yang tinggal di Klan Bintang dan memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh Ali, Raib dan Seli. Orang-orang yang memiliki kekuatan dari Klan Matahari, Klan Bulan dan Klan Bumi harus ditangkap karena dianggap sebagai ancaman.

Mereka bertiga pun segera melarikan diri dan bersembunyi serta melakukan perlawanan penguasa aparat ibu kota. Dari sinilah puncak keseruan dari cerita petualangan mereka bertiga. Di saat-saat terdesak akan banyak kejutan-kejutan dari perlawanan yang mereka lakukan. Kemampuan yang mereka miliki tidaklah cukup untuk menghadapi lawan. Mereka juga harus menggunakan taktik, kecerdikan dan siasat dalam melakukan perlawanan.

Setelah lepas dari pasukan Klan Bintang mereka masih harus menghadapi pasukan robot besar yang jumlahnya banyak. Tidak hanya besar, robot-robot ini mampu membaca semua gerak-gerik Ali, Raib dan Seli karena telah dilengkapi dengan teknologi canggih.

Karakter Raib yang ragu-ragu, Ali yang selalu berpikir positif serta tenang dalam menghadapi berbagai masalah dan Seli yang penakut melengkapi keseruan cerita dari petualangan mereka bertiga. Seli yang paling penakut justru banyak melakukan perlawanan mengejutkan saat Ali dan Raib buntu dan membutuhkan bantuan.

Jika anda ingin membaca buku ini, disarankan untuk membaca dua novel sebelumnya yaitu Novel Bumi dan Novel Bulan karena cerita Novel Matahari ini merupakan lanjutan dari cerita kedua novel tersebut.

Jumat, 20 Desember 2019

Membahas Novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata


 LASKAR PELANGI 




Judul Buku      : Laskar Pelangi
penulis             : Andrea Hirata
genre               : Roman
penerbit           : Yogyakarta: Bentang Pustaka
tanggal terbit   : 2005
halaman          : xxxiv, 529 halaman
ISBN                : ISBN 979-3062-79-7

Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah: Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun.

Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.

Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Naskah Laskar Pelangi telah diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama dengan bukunya.Film Laskar Pelangi akan diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza.

Laskar Pelangi adalah karya pertama dari Andrea Hirata. Buku ini segera menjadi Best Seller yang kini kita ketahui sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk pendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Mulai darisanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!

Mereka, Laskar Pelangi adalah nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini!





Biografi singkat Andrea Hirata


Terdapat sedikit kisah dalam pemberian nama Andrea Hirata ini. Andrea pernah berganti nama sebanyak 7 kali. Ketika lahir Andrea diberi nama Aqil, Barraq, Badruddin, Seman, Said, Harun, sampai pada akhirnya waktu Andrea remaja diberi nama Andrea Hirata yang nama lengkapnya adalah Andrea Hirata Seman Said Harun.
Andrea kecil berasal dari keluarga tidak berkecukupan atau miskin yang tempat tinggalnya tidak jauh dari pertambangan timah PN Timah yang sekarang menjadi PT Timah Tbk. Semasa SD Andrea bersekolah di SD Muhammadiyah yang kondisinya tidak bagus bahkan bangunanya hampir roboh. Di sinilah Andrea bertemu dengan para sahabatnya yang dinamai Laskar Pelangi.
Di kampung halamannya ia menamatkan pendidikan sampai SMA setelah itu Ia merantau ke Jakarta untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi dan menggapai cita-citanya menjadi penulis.
Dengan perjuangan dan semangat yang tinggi ia akhirnya berhasil masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Setelah lulus Andrea mendapatkan beasiswa studi Master of Science di Université de Paris, dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi mendapatkan penghargaan dari kedua Universitas tersebut sehingga ia lulus dengan nilai cuumlaude.




Bu Muslimah
Bu Muslimah atau Bu Mus bukan karakter fiksi, tetapi merupakan guru paling istimewa, sangat dihormati, dan menjadi inspirasi di SD Muhammadiyah waktu itu. Beliau mengajar dengan penuh semangat meskipun muridnya hanya 11 anak.
Dikarenakan keterbatasan ekonomi keluarga, Andrea disekolahkan di SD Muhammadiyah dengan jarak kurang lebih 30 kilometer meskipun masih banyak sekolah lain yang jauh lebih layak.
Bu Mus berperan penting memotivasi Andrea untuk menulis. Bahkan saat kelas 3 SD Andrea berniat untuk menulis cerita tentang perjuangan Bu Mus. Andrea mengalami perubahan dalam hidupnya karena motivasi yang diberikan Bu Mus.




Menjadi Penulis Novel Terkenal

          Tahun 1997 Andrea bekerja di PT Telkom sebagai pegawai biasa, kemudian niat untuk menulis kembali datang ketika Andrea menjadi salah satu relawan saat terjadi tsunami di Aceh. Hasilnya pada tahun 2005 Andrea merilis novel Laskar Pelangi yang dibuat dalam waktu hanya 3 minggu. Novel Laskar Pelangi merupakan novel pertama yang ditulis oleh Andrea Hirata. Ia mengutarakan bahwa novel Laskar Pelangi dipersembahkan untuk Bu muslimah. Novel yang begitu membanggakan sehingga tercatat sebagai novel atau buku sastra Indonesia yang paling laris sepanjang masa ini diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Novel Laskar Pelangi menceritakan kehidupan Andrea Hirata ketika masih duduk di bangku sekolah dan tentang 10 anak keluarga tidak berkecukupan yang menuntut ilmu di SD serta SMP Muhammadiyah. Teman sekolah Andrea Hirata yang berjumlah 10 anak ini disebut dengan Laskar Pelangi. Sebutan Laskar Pelangi ini diberikan oleh Bu Muslimah.

Tahun 2008, novel ini diadaptasi menjadi film yang judulnya sama dengan novelnya yaitu Laskar Pelangi. Film ini diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production. Film ini dibuat dengan aktor anggota Laskar Pelangi adalah anak asli Belitung.

Novel Laskar Pelangi ini juga mendapatkan beberapa penghargaan antara lain, Khatulistiwa Literaly Award atau KLA di tahun 2007, Aisyiyah Award, Netpac Critics Awards, Paramadina Award, dan lain-lain. Selain Laskar Pelangi, Andrea juga menerbitkan berbagai novel seperti Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, dan lain sebagainya.

Sepanjang 8 tahun Andrea memperoleh beberapa penghargaan karena telah berpartisipasi dalam sastra internasional karena novel pertamanya yang telah diterjemahkan ke 34 bahasa asing dan diterbitkan lebih dari 130 negara.

Resensi Novel "Tuhan Maha Asyik" karya Sujiwo Tejo



TUHAN MAHA ASYIK

Sujiwo Tejo


Judul Buku      : Tuhan Maha Asyik
pengarang      : Sujiwo Tejo & Dr. M. N. Kamba
tahun Terbit  : Cetakan IV April, 2017
penerbit          : Imania
halaman         : 245 halaman

Buku novel “Tuhan Maha Asyik” dibuka dengan sebuah lirik lagu berbahasa jawa yang ditulis dan dinyanyikan sendiri oleh Sujiwo Tejo. Menariknya juga terdapat bar-code yang bisa dipindai menuju link untuk mengunduh lagu tersebut.

Dilanjutkan prolog yang ditulis oleh Putu Setia. Dia menceritakan tentang sanyasin atau pendeta yang mengibaratkan Tuhan bisa dimana saja dan bisa menjadi siapa saja. Kemanapun dan dimanapun kamu akan melihat wajah Tuhan.

"Wayang 1" adalah judul pertama dalam buku ini. Menceritakan beberapa anak yang membahas tentang pedalangan dan wayang. Buchori, Kapitayan, Christine dan Parwati diceritakan sedang berlatih dan setelah itu menonton pertunjukan wayang. Terapat penjelasan pula bahwa “aktivitas” wayang adalah kehendak dari dalang, wayang tidak dapat “protes” terhadap apa yang terjadi. Hal ini berlaku untuk wayang golek atau wayang kulit. Berbeda apabila dalam wayang orang, dimana para wayang dapat berimprovisasi sesuai dengan kehendaknya tetapi tidak keluar dari jalan cerita yang ditetapkan oleh dalang. Cerita ini mengibaratkan bahwa setiap kehendak manusia apapun yang dijalani adalah sudah skenario dan kehendak Tuhan pula. Apapun hasilnya, baik dengan atau tanpa jalan dari Tuhan sejatinya itu adalah “restu” Tuhan.

Masih terdapat sekitar 27 judul lagi dalam buku ini yang akan membicarakan tentang Tuhan. Seperti biasanya, Sujiwo Tejo bercerita tidak jauh dari pewayangan atau hal-hal yang berkaitan dengan wayang. Seperti kehidupan, tiap bagian cerita berhubungan ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Sujiwo Tejo dan Nursamad Kamba membawa pembaca dalam mengenal Tuhan secara asyik karena memang Tuhan Maha Asyik. Sehingga dalam belajar mengenal Tuhan, pembaca tidak terlalu dipusingkan dengan hal-hal diluar pemahamannya karena buku ini seperti orang yang saling berbincang di warung kopi membahas tentang Ketuhanan. Ringan dan menyenangkan.

Segala peristiwa yang terjadi selama ini merupakan wahyu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan juga memberikan wahyu tersebut kepada orang yang memang tepat sebagai perantara menurut-Nya.
“Tuhan mewahyukan teori hukum gravitasi, misalnya kepada Isaac Newton, bukan kepada orang-orang yang hafal firman-firman-Nya. Karena Newton-lah yang paling potensial secara intelektual, memiliki kemampuan teknis untuk menjabarkannya.” (hlm. 79).

Dalam buku ini Sujiwo Tejo menggambarkan bahwa manusia sebenarnya hidup dalam ruangan yang gelap, ruangan ini sebenarnya tidak kosong tetapi belum ada cahaya yang menerangi ruang tersebut. Maka munculah wahyu yang berupa cahaya-cahaya itu seperti teori-teori yang membuka mata dan pikiran kita.

Selain itu, dari beragam maksud disetiap babnya yang mengenalkan kita kepada Tuhan. Sujiwo Tejo menutupnya dengan mengembalikan Tuhan pada diri sendiri, yang berarti bahwa Tuhan itu memang dekat. Siapa yang mengenal dirinya niscaya mengenal Tuhan-nya. Sepertinya ungkapan itu yang saya rasa diulang-ulang di beberapa bab secara tidak langsung.

Buku ini bisa dibaca oleh siapa saja. Baik bagi kamu yang ingin mengenal Tuhan atau yang sedang “mencari” Tuhan. Tapi kawan, sejatinya Tuhan tak perlu kamu cari, atau mungkin kamu sedang tidak kenal diri?


Motivasi Sujiwo Tejo menulis novel Tuhan Maha Asik

Budayawan Sujiwo Tejo merilis buku barunya yang ia beri judul 'Tuhan Maha Asyik'. Ditulis bersama akademisi Nur Samad "Buya" Kamba, Sujiwo mengurai beberapa kisah tentang keberagaman agama, dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

Kisah-kisah yang ditulis Sujiwo dan Buya Kamba menjelaskan bahwa Tuhan sangat asyik ketika tidak dikurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. Menurut keduanya, Tuhan tidak bisa dipikirkan dan dikonsepsikan. Alih-alih, Tuhan harus ditemukan dan penemuan itulah yang membuat pengalaman itu menjadi sangat asyik.

"Kenapa saya mengusulkan ada buku ini? Dan kata banyak orang ini kebetulan sekali terbitnya. Memang banyak sekali kebetulan dalam hidup saya. Beberapa bulan lalu saya kerjanya baca Al-Fatihah, tiap saat. Tapi lama-lama takut juga karena apa yang saya lihat kejadian," ujar Sujiwo saat perilisan bukunya di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (21/12) malam.

Sumber : CNN.com





Biografi Sujiwo Tejo


         Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 57 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karier di dunia seni yang lebih disenanginya. Sujiwo Tejo dikenal sebagai seorang dalang, yang juga seorang penulis, pelukis, pemusik dan bahkan disebut seorang budayawan. Karya dan pentasnya mengajak kita untuk mengenang masa depan karena masa depan kita ada di belakang, ada pada akar budaya Indonesia yang dibanggakannya. Keinginannya mengangkat akar budaya Indonesia menghasilkan kepeduliannya yang tinggi agar kesenian Indonesia merujuk pada akar budaya tapi diolah dengan metabolisme kreatif sehingga tidak menjadi kuno. Dalam metabolism itu tetap dicerna seluruh hal yang datang dari luar. Dengan pendekatan ini, Indonesia akan dikenali juga sebagai negara yang memiliki seni dan budaya yang modern.  Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".

Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.

Minggu, 15 Desember 2019

Resensi Kumpulan Puisi "Simfoni Dua" Karya Subagio Sastrowardoyo



Judul                : Simfoni Dua
Penulis             : Subagio Sastrowardoyo
Cetakan           : V, 1995
Penerbit           : Balai Pustaka
ISBN               : 979-407-26-48

Puisi-puisi Subagio umumnya dipandang mempunyai bobot filosofis yang tinggi dan mendalam. Tidak dapat ditafsirkan secara harfiah. Perumpamaan dan lambang digunakan secara dewasa dan matang. Subagio merupakan penyair yang puisinya tidak terbatas pada puisi. Di dalam tulisannya tersirat suatu kritikan-kritikan. Dalam cerpen dan sajak-sajaknya Subagio banyak melukiskan manusia yang gampang dirangsang oleh nafsunya, dimana manusia-manusia tersebut adalah makhluk yang mencoba mempertahankan kewajiban namun tergoda oleh sifat-sifat nalurinya. Puisi Subagio sebagian juga bertema tentang kematian atau maut.

Nyanyian Ladang

Kau akan cukup punya istirah
Di hari siang. Setelah selesai mengerjakan sawah
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya sandang
Buat menikah. Setelah selesai melunas hutang
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya pangan
Buat si ujang. Setelah selesai pergi kondangan
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya ladang
Buat bersawah. Setelah selesai mendirikan kandang
Pak tani, jangan menangis

Contoh puisi Sastrowardoyo bersifat ironi atau tidak langsung terdapat dalam setiap kata dalam puisi yaitu puisi “Nyanyian Ladang”. Dengan penggambaran petani yang sangat menderita, penyair seakan-akan ingin menyampaikan kepada dunia bahwa inilah keadaan petani. Penyair ingin orang-orang tahu keadaan petani untuk kemudian mau peduli untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Namun kata-kata yang dipakai oleh penyair bukanlah kata-kata yang sebenarnya, tetapi menggunakan kata-kata yang mempunyai arti kebalikannya.

Di Ujung Ranjang

Waktu tidur
tak ada yang menjamin
kau bisa bangun lagi

Tidur
adalah persiapan
buat tidur lebih lelap.

di ujung ranjang
menjaga bidadari
menyanyi nina bobo.
Karya Subagio Sastrowardhoyo, 1982

Sedangkan puisi sastrowardoyo yang bertema tentang kematian, salah satunya yaitu puisi “Di Ujung Ranjang”. Dalam puisi ini, Sastrowardoyo menulis kesinisan yang lembut untuk mengungkapkan kengerian tentang suatu kematian. Dari segi proses kreatif, ketika menulis puisi, Subagio memanfaatkan betul kekuatan kreatif yang dimilikinya pada kemampuan menghayati dan memiliki pengetahuan tentang kehidupan di luar dirinya. Ia menjadi seseorang terbuka bagi segala kemungkinan mengetahui, mencoba, menolak, menerima, atau member makna baru terhadap sesuatu.

DOA DI MEDAN LAGA

Berilah kekuatan sekeras baja
Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini
Berilah kesabaran seluas angkasa
Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini
Berilah kemauan sekuat garuda
Untuk melawan kekejaman ini, untuk menolak penindasan ini
Berilah perasaan selembut sutra
Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini

Karya Subagio Sastrowardhoyo, 1982

Selain tema-tema yang telah disebutkan di atas, Sastrowardoyo juga menggunakan tema patriotisme. Contoh dari tema tersebut yaitu puisi “ Doa di Medan Perang”. Dalam puisi ini terdapat perjuangan  dan pertahanan hidup yang sesuai dengan setiap larik yang menyatakan bahwa selalu berharap diberi kemudahan dalam segala hal. Masih ada banyak lagi contoh-contoh puisi yang lain dan dengan tema yang lain pula.
 .....


Biografi Subagyo Sastrowardoyo
 (sumber: Badan pengembangan Bahasa dan Kebukuan)





Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun (Jawa Timur) tanggal 1 Februari 1924. Ayahnya seorang pensiunan Wedana Distrik Uteran, Madiun, yang bernama Sutejo dan ibunya bernama Soejati. Subagio menikah dan dikaruniai tiga orang anak. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1996 dalam usia 72 tahun. Pendidikan Subagio dilakukan di berbagai tempat, yaitu HIS di Bandung dan Jakarta. Pendidikan HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta. Pada tahun 1958 berhasil menamatkan studinya di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada dan 1963 meraih gelar master of art (M.A.) dari Department of Comparative Literature, Universitas Yale, Amerika Serikat. Subagio pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia B-1 di Yogyakarta (1954—1958). Ia juga pernah mengajar di almamaternya, Fakultas Sastra, UGM pada tahun 1958—1961. Pada 1966—1971 ia mengajar di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung . Selanjutnya, tahun 1971—1974 mengajar di Salisbury Teacherrs College, Australia Selatan, dan di Universitas Flinders, Australia Selatan tahun 1974—1981. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (1982—1984) dan sebagai anggota Kelompok Kerja Sosial Budaya Lemhanas dan Direktur Muda Penerbitan PN Balai Pustaka (1981). Dalam sastra Indonesia Subagio Sastrowardoyo lebih dikenal sebagai penyair meskipun tulisannya tidak terbatas pada puisi. Nama Subagio Sastrowardoyo dicatat pertama kali dalam peta perpuisian Indonesia ketika kumpulan puisinya Simphoni terbit tahun 1957 di Yogyakarta. Tentang kepenyairannya itu, Goenawan Mohamad mengatakan bahwa sajak-sajak Subagio adalah sajak rendah. Puisinya seolah-olah dicatat dari gumam. Ia ditulis oleh seorang yang tidak memberi aksentuasi pada gerak, pada suara keras, atau kesibukan di luar dirinya. Ia justru suatu perlawanan terhadap gerak, suara keras, serta kesibukan di luar sebab Subagio Sastrowardoyo memilih diam dan memenangkan diam. Itulah paling tidak sebagian dari karakter kepenyairan Subagio Sastrowardoyo. Kreativitas Subagio Sastrowardoyo tidak terbatas sebagai penyair. Oleh karena itu, ia tidak saja dikenal sebagai penyair, tetapi sekaligus sebagai esais, kritikus sastra, dan cerpenis.

Rabu, 04 Desember 2019

Resensi Novel "Hujan" karya Tere Liye


Resensi Novel “Hujan
Karya Tere Liye





Identitas Buku
Judul                           : HUJAN
Pengarang                   : Tere Liye
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit                   : Jakarta
Cetakan                       : Cetakan ketiga Januari 2016
Tebal halaman             : 320 halaman, 20cm

Sinopsis Buku
Novel “Hujan” menceritakan kisah cinta dan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail, saat berusia 13 tahun ia menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunung meletus dan gempa dahsyat menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan Gunung Tambora dan Gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak berusia 15 tahun bernama Esok, ibu Esok tidak meninggal namun kedua kakinya terpaksa diamputasi.
Selama hampir satu tahun Lail dan Esok tinggal di pengungsian, mereka tidak terpisahkan, orang-orang mengenal Esok dan Lail. Mereka berdua juga membantu para petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok dan Lail berpisah. Lail akan ditinggal di panti sosial sedangkan Esok ternyata di adopsi oleh salah satu keluarga. Tenyata di panti sosial Lail mendapat teman sekamar yang ceria, lucu dan penuh semangat bernama Maryam, Maryam memiliki rambut kribo yang halus. Di panti sosial terdapat beberapa peraturan yang harus dilaksanakan oleh Lail dan Maryam.
Lail terkadang rindu pada Esok, hingga akhirnya mereka memiliki jadwal pertemuan rutin, hanya sebulan sekali, namun bagi Lail itu sudah lebih dari cukup. Mereka bertemu untuk berbagi cerita aktivitas mereka masing-masing. Sayangnya jadwal rutin itu harus berubah saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota, mereka hanya bisa bertemu saat liburan semester saja.
Lail menyibukkan dirinya dengan aktivitas yang bermanfaatnya. Lail dan Maryam mendaftar diri dalam Organisasi Relawan dan mereka merupakan Relawan termuda, mereka juga mengukir prestasi salah satunya adalah mereka ditempatkan di sektor 2, dimana terdapat dua kota kembar di hulu dan hilir yang di pisahkan jarak 50km. Saat itu bendungan di hulu sungai retak dan apabila bendungan itu jebol akan menghancurkan dua kota kembar itu, hanya ada satu cara mencapai hilir saat itu yaitu berlari secepat mungkin menerjang badai. Mereka berdua berhasil memperingatkan kota itu dan jasa mereka ternyata membuat mereka memperoleh penghargaan.
Kesibukannya membuat Lail mampu mengalihkan rindunya. Esok selalu datang mengunjungi Lail dengan membawa sepeda merah yang dulu saat bencana selalu mereka pakai lengkap dengan topi yang Lail berikan. Esok datang tanpa terduga. Sayangnya intensitas pertemuan mereka semakin jarang. Mereka hanya dapat bertemu satu tahun sekali itupun kalau Esok tidak sibuk. Lail tidak pernah menghubungi Esok, dia terkadang bertanya kabar Esok pada Ibunya dan Esokpun demikian. Dan ternyata keluarga yang mengadopsi Esok adalah keluarga Wali Kota.
Singkat cerita ternyata Esok tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menghindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus, bencana itu adalah suhu bumi yang akan semakin lama semakin panas karena kerusakan stratosfer yang diakibatkan oleh keegoisan manusia. Sejak bencana gunung meletus, iklim di bumi tidak terkendali, para petinggi negara telah mengadakan KTT untuk memecahkan hal ini, namun para petinggi negara sub tropis dan tropis berlomba-lomba mengirimkan pesawat ulang-aling untuk menyemprotkan gas anti sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Dalam jangka waktu yang singkat, hal ini membuat iklim berangsur pulih namun masalah baru muncul.
Kecerdasan Esok membuatnya terlibat dalam proyek pembuatan kapal ini. penduduk yang dapat pergi meninggalkan bumi juga tidak semua, mereka dipilih secara acak. Sayangnya Esok memiliki dua tiket dalam kapal tersebut, suatu ketika Wali Kota datang pada Lail, memintanya untuk memberikan tiket itu pada Claudia anak Wali Kota apabila Lail mendapatkan tiket itu dari Esok. Terjadi kesalahpahaman dalam hal ini. Lail tumbuh dewasa dan ia seperti mengerti perasaannya. Lail membutuhkan kepastian Esok, satu hari sebelum pengumuman resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar dari Esok, perasaannya kalut. Hingga pada  detik-detik menjelang penerbangan kapal ini Lail justru memutuskan untuk masuk ke ruang modifikasi ingatan, Lail ingin menghilangkan semua bebannya, menghapusnya dari ingatannya. Esok yang ternyata tengah menjalani proses pemindahan data hingga tak bisa menghubungi Lail, tak dapat menghentikan proses operasi itu, sekalipun ia telah membuat banyak teknologi canggih diseluruh dunia, Esok terlambat untuk mencegah Lail melakukan hal itu. Esok tak ingin Lail melupakannya.
Namun akhirnya pada detik-detik terakhir, sebelum alat modifikasi itu bekerja Lail memutuskan untuk memeluk erat semua kenangan menyakitkannya. Benang merah yang menandakan kenangan menyakitkan telah berubah menjadi benang berwarna biru. Lail tidak melupakan Esok. Hari itu juga pemerintah mengumukan penerbangan kapal luar angkasa itu, Lail dan Esok tetap tinggal di bumi bersama-sama, satu bulan kemudian mereka menikah. Elijah, fasilitator Lail diruang operasi mengerti bahwa bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.

Komentar:
            Bahasa yang digunakan pengarang mudah dipahami sehingga dapat memvisualkan pembaca saat menikmati buku ini. Sampulnya juga terlihat menarik. Isi ceritanya bagus dan cocok untuk kalangan anak muda, cerita cinta saat remaja. Dapat menginspirasi pembaca dan memberikan kesan setelah selesai membacanya. Bahasa puitis yang terkandung di novel “Hujan” memberi nilai estetik dan sangat memberi rasa.