·
Judul : Sunset dan
Rosie
·
Pengarang : Tere Liye
·
Penebit : Mahaka
Publishing
·
Tebal : 426 halaman
Pendahuluan :
Tere
Liye merupakan salah satu penulis yang karya-karyanya termasuk buku best
seller. Tere Liye sudah menghasilkan
banyak karya diantaranya; Tentang Kamu, Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci
Angin, Hafalan Sholat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Rindu, Pulang, Hujan,
dan masih banyak lagi. Bahkan beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar
yaitu; Hafalan Sholat Delisa (2011), Bidadari-Bidadari Surga (2012), Daun yang
Jatuh tak Pernah Membenci Angin (2016), dll
Resensi Sunset dan Rosie
Cerita dalam novel Sunset dan Rosie dimulai ketika Rosie dan Nathan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang
ke-13 di Pantai Jimbaran Bali sambil menikmati 47 detik pertunjukan indah
langit. Tegar menyaksikan kebahagiaan mereka melaui video-streaming, anak-anak
Rosie sungguh mengharapkan Tegar bisa berada disitu ikut merayakan kebahagiaan
mereka. Namun kebahagiaan itu seketika hancur hanya dalam beberapa detik saja,
hanya karena orang yang tega melakukan pengeboman ditengah-tengah keramaian
disana. Tiba-tiba koneksi itu terputus dan Tegar menyaksikan kejadian
mengerikan itu secara langsung. Tanpa banyak pikir dan tidak memedulikan
rekannya di kantor ia langsung menuju bandara untuk terbang ke Bali melihat
kondisi mereka. Ia melupakan semua rencana termasuk pertunangannya denga Sekar
yang hanya tinggal diadakan besok pagi. Setibanya disana sudah banyak korban
yang berjatuhan. Keluarga Rosie selamat kecuali Nathan yang sudah pergi untuk
selama-lamanya. Dan Sakura anak kedua Rosie mengalami patah tulang pada
tangannya. Kondisi ini membuat Rosie sedih berkepanjangan hingga membuatnya
depresi dan kini ia dirawat di Shelter kenalan Clarice. Kini empat kuntum Rosie
itu dirawat Tegar dan Oma di Resort. Tegar meninggalkan seluruh aktivitasnya di
Jakarta termasuk janji kehidupan yang telah ia rajut bersama Sekar. Sungguh
malang nasib ke-empat kuntum Rosie itu.
Namun selang dua tahun berlalu Anggrek
anak pertama Rosie sudah tumbuh menjadi remaja yang sedang merasakan cinta
monyetnya. Sakura yang bangkit dari kejadian masa lalu dan kini ia terus
berlatih bermain biola menggunakan tangan kirinya. Jasmin tumbuh dengan sikap
yang jauh lebih dewasa daripada anak seusianya. Dan Lili masih menunjukan wajah
polosya. Rosie sudah kembali ke Resort dan merawat anak-anak, sementara Tegar
kini teringat oleh kenangan masa lalunya bersama Rosie, dan saat-saat
menyedihkan ketika melihat Nathan menyatakan cintanya kepada Rosie di Gunung
Rinjani. Namun itu adalah bagian masa lalu. Dan di Jakarta sana ada janji
kehidupan yang harus Tegar penuhi untuk Sekar. Awalnya ke empat anak Rosie
tidak marah akan kepergian Tegar dan akhirnya mereka pun mengerti apa yang
terjadi. Rencana pernikahan Tegar dan Sekar pun akan dilaksanakan. Tegar sangat
mengharapkan kedatangan Rosie dan keempat anaknya. Di tengah-tengah pesta Tegar
melihat Rosie dan anaknya hadir di pesta tersebut dan tanpa terduga justru
Sekar menghampiri Rosie dan meminta Tegar untuk menikahinya.
Hal menarik dapat kita jumpai dalam novel Sunset dan Rosie. Penamaan tokoh dalam novel sesuai dengan nama bunga yaitu : Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Entah bagaimana Tere Liye mengangkat nama tokoh berdasarkan nama bunga, tetapi itu justru menjadi hal menarik dalam novel Sunset dan Rosie. Selanjutnya adalah penggunaan bahasa sehari-hari yang memudahkan pembaca memahami novel ini. Penggunaan gaya bahasa yang tepat akan semakin menghidupkan berbagai suasana dan memunculkan empati ketika membaca novel ini. Suasana dalam novel ini begitu hidup dan digambarkan dengan baik menggunakan rangkaian kata dari gaya bahasa yang tepat.
Hal menarik dapat kita jumpai dalam novel Sunset dan Rosie. Penamaan tokoh dalam novel sesuai dengan nama bunga yaitu : Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Entah bagaimana Tere Liye mengangkat nama tokoh berdasarkan nama bunga, tetapi itu justru menjadi hal menarik dalam novel Sunset dan Rosie. Selanjutnya adalah penggunaan bahasa sehari-hari yang memudahkan pembaca memahami novel ini. Penggunaan gaya bahasa yang tepat akan semakin menghidupkan berbagai suasana dan memunculkan empati ketika membaca novel ini. Suasana dalam novel ini begitu hidup dan digambarkan dengan baik menggunakan rangkaian kata dari gaya bahasa yang tepat.
Sumber buku :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=54971
Tidak ada komentar:
Posting Komentar