Minggu, 17 November 2019

Resensi novel karya Tere Liye "Sunset dan Rosie"




·         Judul : Sunset dan Rosie
·         Pengarang : Tere Liye
·         Penebit : Mahaka Publishing
·         Tebal :  426 halaman

Pendahuluan :
Tere Liye merupakan salah satu penulis yang karya-karyanya termasuk buku best seller.  Tere Liye sudah menghasilkan banyak karya diantaranya; Tentang Kamu, Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin, Hafalan Sholat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Rindu, Pulang, Hujan, dan masih banyak lagi. Bahkan beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar yaitu; Hafalan Sholat Delisa (2011), Bidadari-Bidadari Surga (2012), Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin (2016), dll

Resensi Sunset dan Rosie

Cerita dalam novel Sunset dan Rosie dimulai ketika Rosie dan Nathan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-13 di Pantai Jimbaran Bali sambil menikmati 47 detik pertunjukan indah langit. Tegar menyaksikan kebahagiaan mereka melaui video-streaming, anak-anak Rosie sungguh mengharapkan Tegar bisa berada disitu ikut merayakan kebahagiaan mereka. Namun kebahagiaan itu seketika hancur hanya dalam beberapa detik saja, hanya karena orang yang tega melakukan pengeboman ditengah-tengah keramaian disana. Tiba-tiba koneksi itu terputus dan Tegar menyaksikan kejadian mengerikan itu secara langsung. Tanpa banyak pikir dan tidak memedulikan rekannya di kantor ia langsung menuju bandara untuk terbang ke Bali melihat kondisi mereka. Ia melupakan semua rencana termasuk pertunangannya denga Sekar yang hanya tinggal diadakan besok pagi. Setibanya disana sudah banyak korban yang berjatuhan. Keluarga Rosie selamat kecuali Nathan yang sudah pergi untuk selama-lamanya. Dan Sakura anak kedua Rosie mengalami patah tulang pada tangannya. Kondisi ini membuat Rosie sedih berkepanjangan hingga membuatnya depresi dan kini ia dirawat di Shelter kenalan Clarice. Kini empat kuntum Rosie itu dirawat Tegar dan Oma di Resort. Tegar meninggalkan seluruh aktivitasnya di Jakarta termasuk janji kehidupan yang telah ia rajut bersama Sekar. Sungguh malang nasib ke-empat kuntum Rosie itu. 

Namun selang dua tahun berlalu Anggrek anak pertama Rosie sudah tumbuh menjadi remaja yang sedang merasakan cinta monyetnya. Sakura yang bangkit dari kejadian masa lalu dan kini ia terus berlatih bermain biola menggunakan tangan kirinya. Jasmin tumbuh dengan sikap yang jauh lebih dewasa daripada anak seusianya. Dan Lili masih menunjukan wajah polosya. Rosie sudah kembali ke Resort dan merawat anak-anak, sementara Tegar kini teringat oleh kenangan masa lalunya bersama Rosie, dan saat-saat menyedihkan ketika melihat Nathan menyatakan cintanya kepada Rosie di Gunung Rinjani. Namun itu adalah bagian masa lalu. Dan di Jakarta sana ada janji kehidupan yang harus Tegar penuhi untuk Sekar. Awalnya ke empat anak Rosie tidak marah akan kepergian Tegar dan akhirnya mereka pun mengerti apa yang terjadi. Rencana pernikahan Tegar dan Sekar pun akan dilaksanakan. Tegar sangat mengharapkan kedatangan Rosie dan keempat anaknya. Di tengah-tengah pesta Tegar melihat Rosie dan anaknya hadir di pesta tersebut dan tanpa terduga justru Sekar menghampiri Rosie dan meminta Tegar untuk menikahinya.

Hal menarik dapat kita jumpai dalam novel Sunset dan Rosie. Penamaan tokoh dalam novel sesuai dengan nama bunga yaitu : Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Entah bagaimana Tere Liye mengangkat nama tokoh berdasarkan nama bunga, tetapi itu justru menjadi hal menarik dalam novel Sunset dan Rosie. Selanjutnya adalah penggunaan bahasa sehari-hari yang memudahkan pembaca memahami novel ini. Penggunaan gaya bahasa yang tepat akan semakin menghidupkan berbagai suasana dan memunculkan empati ketika membaca novel ini. Suasana dalam novel ini begitu hidup dan digambarkan dengan baik menggunakan rangkaian kata dari gaya bahasa yang tepat.





Sumber  buku :

http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=54971

Tidak ada komentar:

Posting Komentar