Minggu, 27 Oktober 2019

Resensi Novel " Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari


RONGGENG DUKUH PARUK

Karya : Ahmad Tohari


Identitas buku :
Judul        : Ronggeng Dukuh Paruk
Penerbit   : Gramedia Pustaka Utama
Genre       : Fiksi
Tebal        : 174 halaman
Tahun rilis  : 1982

Resensi :
                Kisah dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, mengisahkan kisah cinta seorang Srintil dan Rasus dan kehidupan warga Dukuh Paruk. Srintil adalah salah satu gadis di Dukuh Paruk yang merupakan daerah terpencil dan miskin. Di novel ini diceritakan tradisi kebanggaan warga Dukuh Paruk, yaitu tradisi Ronggeng. Kesenian dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Suatu kejadian membuat tradisi ini musnah. Kejadian tersebut merenggut belasan nyawa warga Dukuh Paruk melayang, karena keracunan tempe bongkrek. Peristiwa itu membuat gairah hidup masyarakat Dukuh Paruk melemah. Kemudian tidak lagi memikirkan tentang Ronggeng.

Kabar bahagia terdengar ke seluruh Dukuh Paruk. Mereka menemukan kebali semangat hidup setelah melihat seorang gadis desa bernama Srintil yang memiliki bakat alami sebagai ronggeng, bakat itu terlihat ketika ia bermain di telaga bersama teman – temannya yaitu Rasus, Warta, Dan Darsun. Itulah Srintil, sang ronggeng Dukuh Paruk.

Bakat tersebut dilihat oleh Sarkaya, kakek Srintil. Berbekal keyakinan, Sarkaya membawa Srintil kehadapan dukun ronggeng Kartareja. Srintil menunjukkan kebolehannya dalam menari disaksikan oleh dukun dan beberapa warga desa. Sarkaya berharap, Srintil bisa menyambung tali ronggeng yang sempat putus. Betapa bahgianya warga dukuh paruk melihat ronggeng baru mereka, setelah itu Srintil menjadi gadis milik masyarakat Dukuh Paruk sepenuhnya.

 Seorang ronggeng harus melalui beberapa langkah upacara. Upacara untuk menjadi seorang ronggeng pun dilalui Srintil satu per satu hingga ke puncak, yaitu “Bukak Klambu”. Bukak klambu yaitu menyerahkan keprawanannya untuk lelaki imbalan paling mahal.

Meskipun Srintil sendiri merasa ngeri, tak ada kekuatan atau keberanian untuk menolaknya. Srintik telah terlibat dan larut sebagai tokoh utama tradisi ini. Di sisi lain, Rasus, lelaki yang srintil cintai tidak bisa berbuat banyak, oleh karena itu Rasus pergi untuk meninggalkan Srintil dan Dukuh Paruk. Luka hati Srintil dan Rasus karena tradisi ronggeng, melatarbelakangi kepergian Rasus.

 Rasus merantau ke Pasar Dawuhan, disana ia menjadi seorang “tobang”.  Tobang adalah pesuruh tentara. Selang beberapa lama ia dilatih dan dibina, kondisinya berbalik bak telapak tangan. Dulunya miskin dan butawarna berubah menjadi seorang prajurit gagah. Ia memutuskan untuk kembali ke Dukuh Paruk.

Terlebih lagi ketika ia berhasil melumpuhkan dua perampok yang hendak merampas harta ronggeng di rumah Kartareja, ia semakin dihormati di Dukuh paruk.

Kepergian Rasus membuat Srintil murung dan membuat bingung seluruh warga desa, dan kebanyakan mereka tidak senang dengan sikap Srintil. Dalam kurun waktu tertentu Srintil tak mau menari dan menghabiskan waktu mengasuh bayi gonder dengan gaya asuhan seorang ibu. Jelas sikap itu tidak mencerminkan seorang ronggeng.

Suatu hari, Srintil dan  warga Dukuh Paruk mendapat undangan untuk mengisi acara agustusan dengan tari ringgeng di kecamatan. Namun nasib sial bagi Srintil, momen itu dimanfaatkan oleh PKI dengan memasang simbol-simbol dan slogan PKI.

Memang malang nasibnya, semua yang ada diacara tersebut ditangkap dan dituduh sebagai anggota PKI, kemudian dipenjara.

Sama dengan nasib Desa Dukuh Paruk, musim paceklik menjadi masalah besar. Karena paceklik terjadi di beberapa daerah, terjadilah penjarahan dari kelompok Bakar. Warga Dukuh Paruk ricuh dan tak berdaya. Akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan kepada kepolisian Dawuhan, namun ditolak karena dianggap sebagai antek-antek PKI.

Tarian Srintil tak sama dengan yang dulu. Apalagi setelah mendekam dipenjara politik selama dua tahun. Guncangan jiwa mengakhiri perjalanannya sebagai ronggeng.

Kondisi juga memaksa dirinya untuk menikah dengan Bajus. Srintil berusaha untuk mencintainya, namun Bajus justru menjual Srintil ke pegawai proyek.  Sontak gangguan jiwa Srintil semakin parah, hingga membuatnya hilang akal.

Sampai akhirnya, lelaki yang mencintainya yaitu Rasus, membawanya ke rumahsakit jiwa.





KOMENTAR :
Buku seorang Ahmad Tohari, cerita bertolak belakang dengan latarbelakang beliau. Seorang Kyai besar, yang menulis novel yang berisi pelacuran dan seksualitas. Namun dibalik itu, ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai hikmah. Pelacuran adalah penyakit di masyarakat anomi yang tak bermoral dan harus kita sadari. Terdapat kisah historis penggambaran masa-masa PKI, sekaligus kritik kepada pemerintah. Alur cerita yang sad ending,  membuat cerita Ronggeng Dukuh Paruk meninggalkan rasa mengganjal dalam benak saya.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar