Judul : Larung
Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Jakarta, KPG
Tahun terbit : KPG. 1998
Novel Larung merupakan novel kedua karya Ayu Utami setelah selesainya novel saman. Saman dan larung merupakan golongan novel dwilogi, keduanya mempunyai keterkaitan dalam bentuk isi . Larung adalah seorang pemuda tangguh yang mempunyai masalah hidup yang keras dan menantang. Suatu permasalahan yang ia alami yaitu larung ingin neneknya meninggal. Tetapi kenyataan tidak membuat larung senang karena neneknya tidak bisa meninggal dunia karena ia mempunyai kisah hidup yang tidak sama seperti mausia normal pada umumnya. Nenek terlihat aneh, ia memiliki kekuatan pancaran ghaib dan mistis..Tubuh nenek yang begitu ringan dan tua itu seperti ada sinar hitam yang merasuk kedalamnya. Tubuhnya penuh dengan susuk dan hatinya berisi jompa-jampi, bahkan pemikirannya pun penuh dengan mantra.
Namun Larung tetap bersih keras ingin membunuh neneknya itu, apalagi ibu Larung mendukung akan hal yang diakukannya. Tetapi ada satu hal yang bisa membuat nenek itu meninggal, yaitu dengan mewariskan sesuatu yang ghaib didalam hidup nya. Segala cara dilakukan larun, seakan tanpa letih ia mencari cara dalam misi yang ia lakukan kali ini. Suatu ketika Larung menemukan beberapa foto lama yang terlihat tua dan usang. Namyn gmbarnya masih cukup jelas dan larung mengenal seseorang yang wajahnya terpampang dibalik foto yang ia temukan. Beralih pada cerita Saman, dan keempat sahabatnya, yaitu Shakuntala (seorang penari), Cok (pengusaha), Yasmin (pengacara), dan Laila (seorang jurnalis).
Cerita kemudian beralih ke tahun 1996, saat Cok, Yasmin, dan Laila berencana untuk menengok sahabat mereka bersama Shakuntala yang akan tampil dalam pertunjukan kesenian kolaborasi seniman Indonesia-Amerika. Shakuntala tinggal di New York dan berprofesi sebagai penari. Yasmin yang bekerja sebagai pengacara serta aktifis hak asasi manusia dan sudah menikah dengan Lukas yang ingin bertemu dengan Saman di New York, kekasinya yang tinggal di Amerika dan pernah jadi buron di Indonesia karena di tuduh sebagai dalang kerusuhan di Medan. Saman adalah mantan frater pembimbing retret Cok, Yasmin, Laila, dan Shakuntala saat masih SMP.
Laila yang bekerja sebagai fotografer ingin bercumbu dengan Sihar, kekasihnya yang sudah beristri dan kebetulan sedang itugaskan di Amerika, sedangkan Cok datang ke Amerikahanya untuk main-main, menemui Yasmin dan Laila. Laila kemudian bercumbu dengan Shakuntala, sahabatnya yang memang sejak dari remaja sudah menjadi biseksual. Yasmin memuaskan perilaku seksualnya kepada Saman yang menderita meshokisme.
Pada tanggal 26 Juli 1996 di Jakarta dan New York, Yasmin mengirim surat kepada Saman mengenai hubungan atau seksualitas Yasmin. Di musim panas Saman membuka email dan mendapatkan kabar dari Larung yang bercerita tentang survey lokasi untuk percetakan tanah dan Saman pun mulai berhubungan dengan Larung sekitar satu tahun yang lalu. Larung mendapatkan Saman dari Yasmin dan Cok.
Mesti latar belakang dan cara memperkenalkan diri agak ganjil, Saman tidak pernah merasa curiga. Saman agak heran kedua bulan setelah perkenalanya, Larung telah memperoleh alamat di @komodo, sebuah jaringan yang tertutup, di mana pesan-pesan di-entry, sehingga hanya bisa di buka oleh alamat-alamat yang didaftarkan, agar informasi yang dikirim tidak bias disadap saat melalui penyelenggara. Yasmin dan Saman mereka dalam tim yang bekerja untuk pendanaan dan membikin jaringan. Yasmin menulis pesan kepada Saman dan Saman menerima pesan tersebut yaitu tentang peristiwa 27 Juli. Karena lelah Saman berimajinasi atau bermimpi tentang Yasmin yang dimakan oleh Larung.
New York, 5 Agustus 1996, mimpi tersebut membuat Saman meninggalkan kecemasan dan surat Yasmin datang yaitu tentang ia yang menyembunyikan tiga aktivis yang dianggap atau dituduh sebagai dalang kerusuhan, kemudian meminta bantuan Larung Saman untuk membawa lari tiga aktivis tersebut ke luar negeri. Dalam usaha pelarian tiga aktivis tersebut, yaitu Bilung, Koba, dan Wayan Togog, mereka dibantu Anson bin Argani, petaninkaret yang suka pasangan seksual, namun kemudian menjadi penjahat dan bajak Laut karena pernah dipenjara akibat kerusuhan di Medan. Anson adalah adik angkat Saman ketika masih menjadi pendeta di Medan, namun dalam perjalanan melarikan tiga aktivis twrsebut, Saman dan Larung tertangkap aparat kepolisian. Salah satu dari mereka yaitu Larung dituduh sebagai pencuri motor dan polisi itu menendang Lrung. Larung terus di introgasi tetapi ia tetap diam dan akhirnya Larung mati di tembak dan beberapa saat kemudian kepada Saman. Konflik yang dibahas masih sama seperti novel saman sebelumnya. Perselingkuhan , politik, komunisme, dan adegan-adegan vulgar. Didalam cerita tersebut saman sebagai buronan pada masa orde baru. Saat itu indonesia sedang dikuasai golongan megawati.